jadon sancho

BOLAHIT – Nama Jadon Sancho pernah menjadi salah satu talenta muda paling menjanjikan di dunia sepak bola. Saat direkrut oleh Manchester United dari Borussia Dortmund pada tahun 2021 dengan harga fantastis mencapai €85 juta, banyak yang percaya bahwa ia akan menjadi bintang masa depan di Old Trafford. Namun, tiga tahun berselang, kisah Sancho di Manchester berakhir dengan kekecewaan besar.

Pemain yang dulu dikenal sebagai salah satu winger paling berbahaya di Bundesliga itu kini gagal menembus tim utama dan bahkan sempat dibekukan dari skuad. Pertanyaan besar pun muncul: apa yang sebenarnya salah dengan perjalanan Jadon Sancho di Manchester United?

Awal Penuh Harapan

Kedatangan Sancho ke Old Trafford disambut dengan antusiasme tinggi. Setelah tampil gemilang bersama Borussia Dortmund mencatat lebih dari 50 gol dan 60 assist dalam tiga musim para penggemar MU berharap ia bisa menjadi jawaban atas masalah kreativitas di lini sayap.

Sancho memiliki kecepatan, teknik tinggi, serta kemampuan dribel yang luar biasa. Namun, sejak debutnya di Premier League, performanya tampak jauh dari ekspektasi. Ia kesulitan beradaptasi dengan intensitas dan gaya bermain sepak bola Inggris yang lebih cepat dan fisikal.

Dalam musim pertamanya (2021/22), Sancho hanya mencetak 5 gol dan 3 assist di semua kompetisi catatan yang jauh di bawah performanya saat di Dortmund.

Hubungan Retak Dengan Pelatih

Masalah besar muncul ketika Sancho berselisih dengan pelatih Erik ten Hag pada musim 2023/24. Perselisihan itu dimulai setelah Ten Hag secara terbuka menyebut bahwa Sancho tidak menunjukkan sikap profesional dalam latihan.

Sebagai tanggapan, Jadon Sancho memposting pernyataan di media sosial yang membantah klaim pelatihnya. Ia menulis bahwa dirinya “dijadikan kambing hitam” dan tidak diperlakukan adil.

Konflik tersebut membuat situasi di ruang ganti menjadi panas. Ten Hag mengambil langkah tegas dengan mencoret Sancho dari skuad utama dan melarangnya berlatih bersama tim senior. Sejak saat itu, hubungan keduanya praktis tidak bisa diperbaiki.

“Disiplin adalah hal penting dalam tim. Jika seseorang tidak mematuhinya, saya tidak bisa menurunkannya di pertandingan,” ujar Ten Hag dalam konferensi pers.

Kurangnya Mental dan Konsistensi

Selain masalah kedisiplinan, banyak pengamat menilai bahwa Sancho gagal menunjukkan mental juara yang dibutuhkan untuk bertahan di klub sebesar Manchester United. Ia sering terlihat kehilangan fokus di pertandingan, kurang agresif, dan tidak punya pengaruh nyata ketika dipercaya tampil.

Beberapa mantan pemain MU seperti Gary Neville dan Roy Keane secara terbuka mengkritik performanya.

“Bakat Sancho luar biasa, tapi tanpa mental yang kuat, itu tidak ada artinya. Bermain untuk Manchester United berarti menanggung tekanan besar setiap pekan,” kata Neville.

Masalah mental juga diperparah dengan kabar bahwa Sancho mengalami penurunan kepercayaan diri. Ia sempat absen panjang dari skuad pada akhir 2022 untuk menjalani “program khusus pemulihan mental” yang disetujui klub.

Gagal Bersinar, Masa Depan Tidak Jelas

Setelah dibekukan selama berbulan-bulan, Manchester United akhirnya memutuskan untuk meminjamkan Sancho ke klub lain demi menghidupkan kembali kariernya. Namun, hingga kini belum ada tanda bahwa sang pemain bisa kembali ke performa terbaiknya.

Beberapa klub seperti Borussia Dortmund dan Juventus sempat dikabarkan tertarik, tetapi negosiasi sulit karena gaji Sancho yang sangat tinggi. MU pun masih menanggung sebagian besar beban gajinya selama masa peminjaman.

Kini, di usia 25 tahun, Sancho berada di persimpangan jalan. Ia bukan lagi remaja berbakat seperti dulu, dan waktu mulai menipis jika ia ingin kembali ke level tertinggi sepak bola Eropa.

Pelajaran dari Kegagalan Sancho

Kasus Jadon Sancho menjadi contoh nyata bahwa talenta besar tidak cukup tanpa mentalitas dan disiplin. Di Borussia Dortmund, Sancho adalah bintang utama dengan kebebasan penuh di lapangan. Namun di Manchester United, ia harus bersaing di lingkungan dengan tekanan tinggi, ekspektasi besar, dan sistem yang menuntut kerja keras setiap hari.

Hansi Flick, yang kini dikaitkan dengan posisi pelatih MU berikutnya, disebut siap memberikan kesempatan kedua bagi Sancho tetapi hanya jika sang pemain bersedia memulai dari nol dan membuktikan profesionalismenya.

“Setiap pemain bisa gagal, tapi yang penting adalah bagaimana mereka bangkit,” ujar salah satu staf MU kepada The Athletic.

Kesimpulan

Jadon Sancho datang ke Manchester United dengan label bintang, tetapi pergi dengan bayang-bayang kegagalan. Kombinasi antara kesulitan adaptasi, masalah kedisiplinan, dan tekanan besar membuat kariernya di Old Trafford tidak berjalan sesuai harapan.

Kini, masa depannya tergantung pada satu hal: kemauan untuk berubah. Jika Sancho mampu memperbaiki sikap dan menemukan kembali semangat bermainnya, bukan tidak mungkin ia bisa bangkit entah di Manchester United atau klub lain. Namun jika tidak, kisahnya akan menjadi salah satu contoh pahit dari talenta besar yang gagal bersinar di panggung terbesar dunia.

Baca Juga : Xabi Alonso Dikritik Karena Gagal Membawa Real Madrid Menang Melawan Rayo Vallecano